Senin, 12 November 2018

JELASKAN BERBAGAI ORGANISASI PROFESI BESERTA KODE ETIK PROFESINYA YANG RELEVAN DENGAN BIDANG TEKNIK INDUSTRI BAIK REGIONAL MAUPUN GLOBAL (MINIMAL 5)

1. Ikatan Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Indonesia (ISTMI)


ISTMI sebagai organisasi profesi dari disiplin Ilmu Teknik Industri (TI) dan Manajemen Industri (MI) di Indonesia lahir pada tanggal 22 Nopember 1986 di Jakarta. Kelahiran organisasi ini didasari atas pertimbangan bahwa profesi Teknik Industri dan Manajemen telah diterima di kalangan yang sangat luas sejak masuknya disiplin sekitar 16 tahun sebelumnya. Keberadaannya sudah menembus batas-batas konvensional keteknikan atau keindustrian.

Tamatan/alumni teknik industri dan manajemen bekerja di berbagai sektor industri, pelayanan, perbankan, informasi, konsultasi, pemerintahan, maupun pendidikan dan penelitian. Batasan sektor tidak ada lagi bagi alumni yang menunjukkan diterimanya disiplin ini sebagai pencerminan diterimanya sikap pikir dan cara pikir kesisteman bagi tujuan optimasi sumber daya.

Adapun 7 misi dari ISTMI yaitu :
  • Memberikan kontribusi bagi ekonomi dan pembangunan masyarakat yang adil dan merata.
  • Menjadi mitra bagi pemerintah daerah/pusat dan istansi lainnya dalam industri dan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat.
  • Menjadi mitra Industri Lokal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di NKRI.
  • Meningkatkan wawasan pengetahuan dan mengembangkan budaya penelitian bagi para anggota ITMI serta mengelola publikasi serta jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh dan atau dengan ISTMI.
  • Mengembangkan potensi dan berbagai peluang yang dimilik anggota ISTMI secara langsung dan tidak langsung.
  • Membangun dan menglola anggota Ikatan Sarjana Teknik Manajemen Industri (ISTMI) yang terdiri dari anggota biasa (Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri) dan anggota luar biasa (pemerhati dan praktisi bidang Teknologi, Industri, dan Ekonomi).
  • Membangun dan mengembangkan jaringan antar anggota ISTMI serta antar organisasi profesi.
2. Persatuan Ergonomi Indonesia (PEI)

PEI merupakan satu tempat berkumpulnya para ahli ergonomi atau ergonom, akademisi serta pemerhati ergonomi dari seluruh Indonesia. Perhimpunan Ergonomi Indonesia berfungsi sebagai wadah yang menghimpun, mengorganisasi sarjana, praktisi dan kelompok yang dalam kegiatan profesionalnya menggunakan serta menerapkan metode ergonomis.

PEI bertujuan untuk mengembang serta menerapkan ilmu Ergonomi dalam berbagai kegiatan teknologi, industri dan berbagai kegiatan lain yang menuntut pendekatan ergonomis, dengan sasaran mencapai keselarasan hubungan timbal-balik antara manusia, alat dan lingkungannya, serta untuk menjaga keseimbangan hubungan unsur-unsur fisikal, sosial, psikologikal bagi peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. PEI berfungsi sebagai wadah yang menghimpun, mengorganisasi sarjana, praktisi dan kelompok yang dalam kegiatan profesionalnya menggunakan serta menerapkan metode ergonomis.

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik- baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Berikut merupakan salah salah satu contoh kode etik ergonomi yang berlaku di Afrika Selatan atau Ergonomics Society of South Africa (ESSA). Kode etik semacam ini cocok diterapkan untuk ergonom yang bekerja sebagai konsultan ergonomi yang bekerja untuk klien dari perusahaan lain dan bukan untuk ergonom yang bekerja untuk perusahaan tempat dia bekerja.

Di Indonesia, ergonomi sebagai disiplin ilmu terbilang masih baru. Istilah ergonomi sering tertukar dengan agronomi atau ekonomi. Oleh kalangan umum, ergonomi sering didefinisikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan desain dari sebuah kursi yang nyaman. Yang lain mencoba mengaitkannya dengan pekerjaan yang sehat dan aman, faktor manusia dalam perancangan produk, sistem man-machine, studi gerak dan waktu, peningkatan produktivitas, dan lain-lain. Sebagai ilmu, ergonomi diajarkan secara eksplisit dalam kursus teknik, medis, atau psikologi dengan perbedaan nama tapi dengan substansi yang sama.

Ergonomi diperkenalkan di Indonesia beberapa dekade yang lalu oleh para akademisi dan universitas, industri dan pemerintah. Selanjutnya, gerakan ergonomi berasal dari para akademisi dari luar negeri yang bekerja di beberapa universitas di Indonesia. Mata kuliah ergonomi diberikan terutama dalam kurikulum jurusan teknik industry, misalnya ergonomi yang diterapkan pada sistem kerja, ergonomi industri, desain dan pengukuran kerja, desain dan tata letak fasilitas, teknik dan manajemen keselamatan, rekayasa faktor manusia dalam desain produk; dan ergonomi makro seperti organisasi industri, TQM, analisis produktivitas, pengukuran kinerja, manajemen rantai pasokan, dan lain-lain. Mereka melakukan penelitian dan mata kuliah ergonomi dalam program sarjana teknik dan manajemen dan pasca sarjana; dan juga mengadakan seminar, workshop dan konferensi dan melakukan konsultasi dengan industri lokal. Mereka sudah mengembangkan jaringan dengan disiplin ilmu lain tidak hanya di bidang teknik seperti teknik fisika, arsitektur, mekanik, lingkungan, informatika, dll; tetapi juga di luar jurusan teknik seperti desain produk industri, pertanian, psikologi, kedokteran, kesehatan masyarakat dll.

Ergonomi dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga banyak dipraktekkan di perusahaan industri besar, seperti Toyota Astra Motors, IPTN, dan lain-lain; dimana ada transfer teknologi manufaktur (dan juga manajemen) dari induk perusahaan seperti dari Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan lain-lain ke Indonesia dan negara-negara industri maju lainnya. Beberapa industri kimia dan pertambangan seperti petrokimia, semen, minyak dan gas, dll mengembangkan praktik yang terutama berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Kesadaran dan gerakan ergonomi dan K3 sebenarnya berasal dari manajemen puncak perusahaan multinasional yang telah berpendidikan atau berasal dari industri maju. Mereka bisa melihat manfaat ergonomi dalam hal meningkatkan produktivitas, kualitas dan K3 pekerja saat dipraktekkan di negara mereka sendiri, sehingga mendorong industri di Indonesia untuk mengadopsi ergonomi. Namun, karena keterbatasan pendidikan atau pelatihan di bidang ergonomi, kebanyakan insinyur lokal dan juga manajer di banyak industri tidak mengetahui ergonomi dan K3.

Oleh karena itu, Perhimpunan Ergonomi Indonesia (PEI) secara resmi didirikan oleh pertemuan ergonomis nasional pada tanggal 10 Oktober 1987 di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan misi memberikan pendidikan, penelitian dan konsultasi mengenai aplikasi ergonomi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kehidupan kerja. PEI dikembangkan secara khusus untuk mengorganisir akademisi, peneliti, praktisi industri, atau profesional untuk menerapkan metode ergonomi dan pendekatan di bidang ergonomi mikro atau makro. Beberapa program PEI antara lain seperti melakukan program penelitian bersama, mengembangkan kurikulum ergonomi dan standarisasi laboratorium di perguruan tinggi, menyelenggarakan seminar atau lokakarya (nasional / internasional) secara berkala, mengembangkan standar ergonomi nasional (misalnya antropometri), dan sosialisasi dan publikasi untuk mempromosikan ergonomi dan K3. Informasi berikut akan memberikan uraian kronologi singkat untuk beberapa aktivitas ergonomi yang disponsori oleh PEI dalam waktu sekitar dua dekade (1987 - 2006). Pada dekade pertama (1987-1987), PEI tidak menyelenggarakan banyak kegiatan seperti seminar, pelatihan, konsultasi, dll. Sebagai organisasi profesional, PEI sangat bergantung pada anggotanya yang kebanyakan berprestasi. Masalah utamanya adalah tidak begitu banyak disiplin ilmu menawarkan kurikulum ergonomi dalam kurikulum mereka. Ergonomi bukan spesialisasi unik dalam teknik, psikologi, dan/atau mungkin ilmu kedokteran. Banyak insinyur juga memiliki persepsi salah tentang ergonomi. Di luar Teknik Industri, ergonomi tidak dipandang sebagai jalur penting dan signifikan untuk mengembangkan teknik atau karir manajerial. Sebagian besar insinyur memiliki persepsi kuat bahwa teknik harus berurusan dengan rumus matematika, fenomena fisik (material, mesin dan peralatan), proses manufaktur; dan tidak berhubungan dengan manusia atau interaksinya dengan mesin. Di sisi lain hanya sedikit ilmuwan ergonomis yang mampu mempromosikan dan mensosialisasikan ergonomi sebagai keilmuan yang relevan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup dan kerja di industri.

Meskipun pada dekade pertama, asosiasi (PEI) tidak diorganisir secara formal dan berfungsi dengan baik; tapi pada tahun 1990-an situasi berubah. Sesuai dengan isu global daya saing industri dan meningkatnya kesadaran lingkungan; Seminar dan konferensi ergonomi nasional telah diselenggarakan pada tanggal 6-7 September 2000 di Surabaya. Tema seminar tersebut adalah Peran Ergonomi Industri untuk Meningkatkan Daya Saing Global untuk Memasuki Era Milenium ke-3. Seminar ini diselenggarakan oleh PEI dan bersama Laboratorium Ergonomi dan Desain Sistem Kerja - Jurusan Teknik Industri ITS - Surabaya. Pada saat yang sama, sebuah konferensi juga diadakan untuk meremajakan dan merevitalisasi organisasi. Pada dekade kedua (1987-2006), PEI telah menyelenggarakan dan mensponsori banyak kegiatan seperti seminar, simposium dan forum ilmiah lainnya. Hampir setiap tahun kita bisa mengadakan seminar ergonomi, simposium atau lokakarya yang disusun dalam lingkup nasional atau internasional untuk memberi kesempatan bagi ergonomis Indonesia untuk mempresentasikan hasil penelitiannya; berbagi pengalaman, pengetahuan, dan bagaimana menerapkan metode atau pendekatan ergonomi untuk memecahkan masalah industri.

3. Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI)

Didirikan berdasarkan dan didorong oleh keinginan yang luhur untuk menghimpun, membina dan mengembangkan potensi dandaya kreasi daripada segenap Tenaga Teknik Indonesia dalam rangka mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan makmurdidalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia”

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA (ASTTI) didirikan pada tanggal 31 Oktober 2003 di kota Bandung Provinsi Jawa Baratdengan wilayah kerja di seluruh Indonesia. Berazaskan PANCASILA dan berlandaskan pada ketentuan undang-undang dasar Republik Indonesia serta seluruh peratuan dan perundang-undangan yang berlaku didalam wilayah indonesia.

Sejak disahkannya undang-undang nomor 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi yang diikuti dengan terbitnya peraturanpemerintah nomor 28 tahun 2000 tentang usaha dan peran serta masyarakat jasa konstruksi, peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi, dan peraturan pemerintah nomor 30 tahun 2000 tentang pnyelenggaraanpembinaan jasa konstruksi, maka pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia dibidang jasa konstruksi dapatditingkatkan dan diarahkan menurut ke-khasan bidang/lingkup kompetensi keahliannya. Standar kompetensi ahli/terampil tenagapelaksana jasa konstruksi digunakan sebagai acuan bagi setiap orang yang bermaksud untuk memperoleh sertifikat, dimanabersangkutan akan diakui kompetensinya dibidang keteknikan sesuai dengan keahlian dan keterampilannya standar kelayakanmenjadi pedoman bagi Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI) dalam rangka melakukan proses sertifikasi bagi paraanggotanya.

ASSTI ini berperan penting pada tenaga teknik menjadi tenaga kerja yang profesional, bertanggung jawab dan memiliki daya saing secara nasional maupun internasional dengan ber azaskan pancasila dan berlandaskan undang-undang dasar republik Indonesia yang berlaku dalam ruang lingkup negara Indonesia.

Adapun Kode etik yang relevan
  • Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai dasar Fundamental untuk mewujudkan manusia yang berjiwa Pancasila serta memiliki kesadaran Nasional yang tinggi, tunduk kepada perundang-undangan & peraturan yang berlaku serta menghindarkan diri dari perbuatan melawan hukum.
  • Penuh rasa tanggung jawab serta selalu berusaha untuk meningkatkan pemahaman mengenai teknologi dan penerapannya yang tepat sebagai tuntutan dari keprofesionalan.
  • Tanggap terhadap kemajuan & senantiasa memelihara serta meningkatkan Kemampuan Teknis, Mutu, Keahlian & Pengabdian profesinya seiring dengan perkembangan teknologi.
  • Adil, Tegas, Bijaksana dan Arif serta Dewasa dalam membuat keputusan-keputusan keteknisan dengan berpedoman kepada Keselamatan, Keamanan, Kesehatan, Lingkungan, serta Kesejahteraan Masyarakat.
4. Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

Sejarah Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dimulai pada tanggal 23 Mei 1952 ketika Ir. H. Djoeanda Kartawidjaja dan Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo berkumpul bersama kawan-kawannya sesama insinyur Indonesia di Aula Barat, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang menjadi ITB) di Jl. Ganesha 10, Bandung. Pada saat itu jumlah insinyur Indonesia baru sekitar 75 orang. Sementara tanggung jawab yang harus dipikul sangat besar. Untuk itu disepakati untuk membuat Persatuan Insinyur Indonesia dengan tujuan untuk mempererat kerja sama para insinyur agar dapat menjadi kekuatan yang nyata untuk membangun negara dan bangsa Indonesia. Pada tahun 1957, PII juga menjadi salah satu motor utama berdirinya Institut Teknologi Bandung (ITB). PII adalah organisasi profesi tertua kedua di Indonesia setelah IDI.

Tempat kedudukan PII adalah :
  • Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia
  • Pengurus Wilayah berkedudukan di ibukota Propinsi
  • Pengurus Cabang berkedudukan di kota yang terdapat konsentrasi anggota PII dalam jumlah yang cukup, baik di dalam atau di luar negeri; dan
  • Pengurus Badan Kejuruan, selanjutnya disingkat BK, dan atau Badan Kejuruan Teknologi, selanjutnya disingkat BKT, tingkat nasional berkedudukan di ibukota Republik Indonesia.
Tujuan PII adalah :
  • Menjadi organisasi profesi keinsinyuran secara nasional yang memiliki kesetaraan dan diakui internasional.
  • Memupuk profesionalisme korsa Insinyur Indonesia, meningkatkan jiwa serta semangat persatuan nasional dalam mendarma baktikan kompetensinya kepada kepentingan bangsa dan negara melalui peningkatan nilai tambah perwujudan cita-cita bangsa
  • Meningkatkan kepedulian dan tanggap profesional terhadap permasalahan, tantangan, serta peluang pembangunan daerah/nasional melalui optimasi pemberdayaan kompetensi professional secara integratif.
  • Mendorong profesionalisme dalam penguasaan, pengembangan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya dan khususnya rakyat Indonesia.
Fungsi PII adalah organisasi profesi yang merupakan wadah berhimpunnya para Insinyur Indonesia, untuk secara bersama meningkatkan kemanfaatannya bagi bangsa dan negara, serta penguasaan, pengembangan serta pemberdayaan iptek dan kompetensi, untuk nilai tambah kesejahteraan umat manusia pada umumnya, khususnya rakyat Indonesia dengan tugas pokok :
  • Meningkatkan peran dan tanggung jawab profesional profesi Insinyur Indonesia dalam
  • pembangunan daerah, nasional, regional dan internasional.
  • Meningkatkan kompetensi professional Insinyur Indonesia berdaya saing internasional yang mampu menjawab tantangan dalam kancah lokal, nasional, regional dan internasional.
  • Menyelenggarakan kegiatan advokasi dan edukasi profesi keinsinyuran.
  • Membina dan mengembangkan kegiatan yang dapat mendorong terciptanya iklim untuk tumbuh dan berkembangnya profesi insinyur Indonesia.
  • Membangun wahana pengembangan dan Pembinaan Kompetensi Profesi Keinsinyuran Indonesia yang diakui dunia internasional dengan menyelenggarakan Program Pengembangan kompetensi Profesi Insinyur secara konsisten dan berkelanjutan.
5. Indonesia Accreditation Board for Engineering Education (IABEE)

IABEE merupakan sebuah organisasi independen nirlaba yang didirikan sebagai bagian dari lembaga Persatuan Insinyur Indonesia (PII) untuk menumbuhkembangkan budaya mutu dalam pengelolaan pendidikan tinggi teknik. Ini dicapai melalui penjaminan bahwa Program-program Studi teknik diselenggarakan dengan memenuhi bakuan-bakuan minimum, dan dengan mempergiat peningkatan mutu berkesinambungan dalam lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Nama resmi IABEE dalam bahasa Inggris adalah Indonesia Accreditation Board for Engineering Education (IABEE).

IABEE diakui di Indonesia oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEKDIKTI) sebagai badan yang bertanggungjawab terhadap akreditasi program-program studi yang memberikan gelar akademik di bidang teknik, teknologi, dan komputasi. Akreditasi Nasional oleh IABEE bersifat wajib bagi Program-program Studi yang mewisuda lulusan, sesuai dengan peraturan hukum di Indonesia. Akreditasi Internasional oleh IABEE bersifat pilihan, dimana kelayakan suatu Program Studi untuk menjalani proses Akreditasi Internasional ditentukan sebagian berdasarkan peringkat Akreditasi Nasionalnya.

IABEE dibentuk dengan pembinaan oleh JABEE (Japan Accreditation Board for Engineering Education), yang telah berstatus sebagai penandatangan Washington Accord, yakni perjanjian multilateral yang mengatur kesetaraan lembaga akreditasi mandiri mancanegara untuk bidang Program Studi teknik. Pada saat ini, IABEE tengah diarahkan untuk dapat menjadi Anggota Bersyarat (Provisional Member) dari Washington Accord sebagai bentuk utama pengakuan internasional terhadap legitimasi kelembagaan maupun sistem akreditasi yang diterapkan oleh IABEE.

IABEE menjunjung tinggi etika dalam pelaksanaan segenap tugas para Anggota maupun Staf Pengurus, dan mensyaratkan bahwa setiap Anggota maupun Staf Pengurus menunjukkan standar tertinggi bagi profesionalisme, keadilan, dan integritas. Informasi yang diberikan oleh lembaga yang menjalani proses evaluasi, dan informasi yang muncul dari kegiatan kaji ulang dan diskusi dalam proses evaluasi akan diperlakukan dengan kerahasiaan, dan tidak akan diungkapkan tanpa otorisasi tertulis secara khusus oleh IABEE dan lembaga yang dievaluasi.

Visi IABEE:
Indonesia Accreditation Board for Engineering Education (IABEE) adalah perintis dan stimulator percepatan peningkatan mutu pendidikan tinggi teknik di Indonesia, yang melahirkan sumber daya manusia yang inovatif dan inovasi di bidang keteknikan dengan orientasi pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya.

Misi IABEE:
  1. Menumbuhkan pendidikan tinggi teknik yang terbuka pada masyarakat, dengan asas peningkatan mutu berkelanjutan.
  2. Mengantisipasi dinamika perubahan lingkungan pendidikan, kebutuhan masa depan pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mempersiapkan pengembangan strategi pendidikan keteknikan yang sesuai.
  3. Menyebarluaskan informasi peningkatan kualitas yang berkelanjutan dan inovasi-inovasi di bidang pekerjaan keteknikan, untuk menjadi tambahan rujukan dalam peningkatan mutu pendidkan tinggi teknik.
  4. Mengakreditasi program studi keteknikan yang berorientasi pada dihasilkannya tenaga professional yang mandiri dan mampu mengidentifkasi persoalan serta membuat solusinya.
  5. Mendorong terciptanya komunikasi dan kemitraan antara perguruan tinggi teknik dengan pemangku kepentingan.
  6. Memfasilitasi penyiapan pendidikan tinggi teknik untuk mencapai kesetaraan mutu global yang berkelanjutan.
  7. Mendorong pengembangan pendidikan tinggi teknik yang memberdayakan sumber daya dan kearifan lokal, berorientasi pada kepentingan nasional dan memberi kontribusi besar pada solusi permasalahan global.
  8. Mengelola sumber daya serta menjalankan operasi yang efektif dan akuntabel

Sumber:
http://www.istmi.org/
http://www.pei.or.id/ 
Nama : Muhammad Hashfi Luthfi Robbani
NPM : 37415651
Kelas :4ID13


1. Contoh Aktivitas yang didasarkan pada Etika Profesi dalam Bekerja Sebagai Seorang Sarjana Teknik Industri?

A. Mempunyai Rasa Tanggung Jawab
Seorang Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri harus mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dan di dalam melaksanakan tugasnya. Rasa tanggung jawab wajib dimiliki oleh seorang sarjana teknik industri dikarenakan apa yang dilakukan dan dikerjakan oleh seorang sarjana teknik industri akan berdampak pada produk dari suatu perusahaan yang dipasarkan kepada konsumen. Contohnya: Seorang teknik industri mendesain produk mobil, dan harus bertanggung jawab terhadap produk mobil tersebut karena menyangkut keselamatan konsumennya.

B. Bersungguh-sungguh dalam Keahlian yang dimiliki
Dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri akan selalu mengerahkan segala kemampuan dan pengalamannya untuk selalu berupaya mencapai hasil yang terbaik didalam keluhuran budi dan kemanfaatan masyarakat luas secara bertanggung jawab.

C. Bersikap Bijaksana 
Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri akan selalu bersikap dan bertindak bijaksana terhadap sesama rekannya dan terutama kepada rekan mudanya; selalu mengusahakan kemajuan untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan, bagi dirinya pribadi, bagi masyarakat maupun bagi pengebangan Teknik Industri dan Manajemen Industri di Indonesia

Sumber: http://furuhitho.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31549/ETIKA+PROFESI+teknik+industri+2.pdf

2. Contoh Aktivitas Tidak Beretika dalam Bekerja Sebagai Seorang Sarjana Teknik Industri

A. Tidak mempunyai Rasa Tanggung Jawab
Seorang Sarjana Teknik Industri wajib memiliki rasa tanggung jawab. Jika seorang sarjana teknik industri tidak memiliki rasa tanggung jawab maka pekerjaan kita tidak akan dipercayai oleh orang lain. Rasa tanggung jawab harus dimiliki seorang sarjana teknik industri untuk menjaga profesionalitas dalam bekerja dan harus berkonsekuen dengan apa yang dikerjakannya.

B. Tidak serius terhadap keahlian yang dimiliki
Seorang sarjana teknik industri harus bersungguh-sungguh dalam keahlian yang dimilikinya. Jika seorang sarjana teknik industri tidak serius atau tidak bersungguh-sungguh dalam keahlian yang dimilikinya maka akan merugikan banyak pihak seperti perusahaan, konsumen dan masyarakat sekitar tempat ia bekerja. 

C. Tidak bersikap bijaksana
Perilaku yang tidak boleh dicontoh oleh sarjana teknik industri yaitu tidak bersikap bijaksana terhadap rekan sesama profesinya. Bijaksana diperlukan dalam bersikap dan bergaul dalam lingkungan kerja karena perilaku ini dapat membuat orang lain senang ataupun tidak senang berada disekitar kita. Contoh tindakan yang tidak bersikap bijaksana adalah mengakui hak karya orang lain sehingga membuat orang lain tidak senang terhadap kita.

3. Pentingnya Memahami Etika Profesi Untuk Sarjana Teknik Industri
Etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulanmanusia di dalam kelompok sosialnya. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Menurut De George profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

Etika Profesi adalah suatu tindakan refleksi atau self control dalam pekerjaan yang dilakukan untuk kepentingan sosial atau sendiri dalam suatu bidang keahlain tertentu. Etika profesi sangat penting dalam bidang keteknikan dikarenakan suatu profesi harus mempunyai tanggung jawab, keadilan, dan otonomi. Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasil, serta terhadap dampak dari profesi tersebut untuk kehidupan orang lain. Keadilan disini menuntut suatu profesi memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Otonomi dalam etika profesi dimaksudkan agar setiap profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya. Apabila profesi keteknikan dilakukan tanpa etika maka akan berakibat fatal terhadap intuisinya, orang-orang yang bekerja dalam suatu intuisi tersebut, masyarakat luas, serta akan berakibat fatal terhadap lingkungan. Profesi dalam bidang keteknikan harus dilakukan dengan kesadaran penuh terhadap pengabdian kepada masyarakat.
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi: 

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. 

2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial). 

3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

Sumber: 
http://furuhitho.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31549/ETIKA+PROFESI+teknik+industri+2.pdf
http://www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/kuliah/ETIKA_PROFESI/MAKALAH_2015/Etika_Profesi_Michael_makalah.docx

Senin, 13 Juni 2016


Pengertian Global Village

Global Village adalah konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Marshall McLuhan memperkenalkan konsep ini pada awal tahun 60-an dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: Extension of A Man. Konsep ini berangkat dari pemikiran McLuhan bahwa suatu saat nanti informasi akan sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang. Pada masa ini, mungkin pemikiran ini tidak terlalu aneh atau luar biasa, tapi pada tahun 60-an ketika saluran TV masih terbatas jangkauannya, internet belum ada, dan radio masih terbatas antar daerah, pemikiran McLuhan dianggap aneh dan radikal.

Global Village menjelaskan bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat, menggunakan teknologi internet. McLuhan meramalkan pada saatnya nanti, manusia akan sangat tergantung pada teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi. McLuhan memperkirakan apa yang kemudian terjadi pada masa sekarang, di abada ke-20 seperti saat ini.

Marshall McLuhan mengkonseptualisasikan “global village” yang dimaknai sebagai sebuah proses homogenisasi jagat sebagai akibat dari kesuksesan system komunikasi secara keseluruhan. Saat ini, betapa mudahnya orang melakukan komunikasi jarak jauh, tidak hanya antarkota melainkan antarnegara yang lokasinya sangat berjauhan. Bahkan, saat ini tidak jarang para petinggi negara mengadakan pertemuan dengan staf pembantunya (misalnya menteri) melalui teleconference atau konferensi jarak jauh dengan maksud untuk memantau keadaan atau situasi dalam negeri, baik keadaan politik maupun ekonomi, dan sebagainya. Demikian pula, komunikasi dapat dilakukan melalui media internet yang dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh informasi atau berita-berita aktual yang terjadi di belahan penjuru dunia ini. Itulah gambaran kehidupan saat ini, kehidupan yang serba menglobal dalam berbagai aspek atau dimensi kehidupan manusia. Inilah yang disebut dengan globalisasi (globalization).


McLuhan menyatakan bahwa desa global terjadi sebagai akibat dari penyebaran informasi yang sangat cepat dan massive di masyarakat. Penyebaran yang cepat dan massive ini menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (media massa). manusia pada masa itu akan lebih menyukai komunikasi audiovisual yang ateraktif, informatif, dan menghibur.

Bertentangan dengan “kekuatan” teknologi media massa, manusia tidak akan mengagumi internet seperti pada awal kehadirannya di tengah masyarakat, sekalipun Internet dapat menghubungkan satu orang dengan orang lainnya dalam tempat yang berjauhan, menyampaikan banyak pesan ke tempat yang berlainan dalam satu waktu bersamaan.

Perkembangan konsep Desa Global. Seiring berjalannya waktu, konsep ini terus berkembang. konsep ini dianggap sesuai dengan keadaan masa kini, yakni teknologi komunikasi, salah satunya adalah internet, terbukti dapat menyatukan dunia. Perkembangan teknologi seperti yang dinyatakan dalam desa global, membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah orang selalu bisa mengetahui kabar terbaru yang terjadi di tempat lain, dapat berkomunikasi dan terhubung walau dalam jarak ribuan mill, mencari dan bertukar informasi. Adapaun dampak negatifnya adalah kecanduan internet, orang tidak dapat hidup tanpa internet, orang yang lebih eksis di dunia maya dibandingkan dunia nyata, yang menggangu hubungan sosialnya dengan orang lain.
Indonesia telah mengalami penglobalan dalam bidang informasi, sejak kemunculan internet pada pertengahan 90-an. Melalui internet dan televisi membuat masyarakat sumatera utara mengetahui apa yang sedang terjadi di Jakarta, begitu juga penduduk Jakarta yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia bagian Timur.

Melalui internet, masyarakat antar satu kelompok dapat berhubungan dengan kelompok lain di dunia maya, contohnya komunitas pendukung batik sebagai warisan budaya bangsa dapat berkontek-kontekan dengan komunitas pendukung candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajabiaan dunia. Lewat blog atau milis, mahasiswa dapat bertukar data kuliah, informasi mengenai suatu peristiwa, bertukar pengalaman, maupun hal ringan untuk hiburan, semuanya dapat diakses melalui internet. Implementasi desa global ini, membuat masyarakat yang saling berjauhan dapat saling berkomunikasi dan saling mengamati, dimanfaatkan pemerintah pusat untuk menjangkau dan memonitor pemerintah daerah, apakah pemerintah daerah mengalami masalah, hambatan, apa perlu bantuan, dan sebagainya, tidak perlu langsung datang ke daerahnya yang jauh itu, hanya melalui telepon, internet, dan teknologi komunikasi lainnya. Desa global juga berlaku di pedesaan. "internet masuk desa" merupakan salah satu wujud desa global di Indonesia, terutama di pedesaan. Contohnya adalah desa Leuwiliang di Bogor, walaupun desa tersebut relatif jauh dari pusat kota, tetapi penduduknya tetap bisa merasakan jasa telekomunikasi menggunakan telepon. Kehadiran internet dengan cepat menyusul, karena adanya perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan komunikasi di Indonesia.


Makna Global Village

Bukan rahasia lagi kalau saat ini dunia sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam  berbagai bidang dan aspek kehidupan masyarakat dan negara. Batas-batas teritorial antarnegara yang sebelumnya menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam konteks hubungan antarbangsa dan negara, kini hal itu tidak menjadi kendala yang berarti. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam eskalasi yang tinggi terutama teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi telah menyebabkan batas-batas atau sekat-sekat geografis antarnegara dan bangsa seolah tak nampak lagi sehingga memungkinkan merubah pola sikap dan prilaku manusia dapat berubah sehingga dapat pula berpengaruh bagi tingkat kesehatan pada lapisan Masyarakat , Pantas kalau banyak pihak mengatakan bahwa kecenderungan kehidupan bangsa dan negara saat ini mengarah kepada terbentuknya suatu masyarakat global (global village).  Khususnya pada tingkat kesehatan seluruh lapisan masyarakat.

Proses Global Village


Berbicara tentang proses global , terhadap setidaknya beberapa  jalur atau saluran yang dapat dijadikan sebagai sarana globalisasi, yaitu jalur teknologi dan  informasi, , perdagangan internasional, pendidikan, dan organisasi internasional. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang jalur-jalur dalam proses globalisasi itu, berikut dijelaskan lebih rinci masing-masing jalur tersebut :

1. Jalur Teknologi dan  Informasi
Menurut Alwi Dahlan (1996) bahwa teknologi komunikasi merupakan pendorong utama (push factor) globalisasi, yang dapat menghasilkan berbagai produk baru yang dapat mempermudah, mempercepat, dan mempermurah hubungan antarmanusia (human relation). Dan khususnya kemajuan tehnologi di bidang kesehatan misalnya alat-alat kedokteran seperti ,EKG, USG, MRI dan sebagainya . Selain itu Kemajuan teknologi komunikasi tersebut terdapat dalam segala tahap komunikasi; -semenjak pengiriman pesan (sending the message) (misalnya via pemancar, pesawat telepon, ponsel, dsb), penyaluran dan penyampaian/distribusi (misalnya teknologi satelit, seluler, laser, serat optic, dsb), serta penyajianatau penampilan pesan komunikasi (LCD player, HDTV, TV Plasma, telepon-fax yang sekaligus berfungsi sebagai foto copy-scanner-printer).

2. Jalur Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional dalam konteks globalisasi merupakan salah satu saluran yang cukup efektif dalam melakukan globalisasi budaya. Dalam perdagangan internasional tersebut, tidak hanya terjadi pertukaran barang-barang atau benda-benda ekonomi yang diperjualbelikan, melainkan terjadi pertukaran nilai budaya (culture value), kebiasaan atau ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adanya perusahaan transnasional atau dikenal dengan TNC (Transnational Corporation) atau dikenal pula dengan MNC (Multinational Corporation), merupakan salah satu cirri pokok terjadi globalisasi dalam bidang ekonomi, yang dalam kenyataannya akan berimbas kepada perubahan sikap, nilai, dan perilaku warga masyarakat di mana perusahaan tersebut berada.  Sebagaimana diketahui bahwa dalam hubungan internasional (international relation), pola perdagangan internasional menyebabkan adanya pertukaran dagang, teknologi, maupun kebudayaan. Hal tersebut selanjutnya berdampak terhadap pertukaran kebudayaan (cultural exchange)  yang melibatkan negara-negara yang berinteraksi melalui perdagangan tersebut. Semakin intens hubungan perdagangan tersebut, maka semakin besar pula terjadinya pertikaran nilai-nilai kebudayaan yang terjadi antara negara tersebut.

3. Jalur Pendidikan
Dalam konteks globalisasi, pendidikan berperan strategis untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam percaturan internasional. Khususnya  para tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat atau tenga kesehatan lainya , Porter menyatakan bahwa pada dasarnya setiap negara memiliki dua jenis keunggulan yakni keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif (comparative advantages) berkenaan dengan ketersediaan sumber daya alam (natural resource) dalam suatu negara. Sedangkan keunggulan kompetitif (competitive advantages) berkaitan dengan ketersediaan sumber daya manusia (human resource) yang handal dan berkualitas. Dewasa ini, seiring dengan iklim kompetisi antarbangsa yang sangat ketat sebagai ciri dari globalisasi, keunggulan kompetitif memberikan pengaruh yang sangat besar dalam mendorong dan meningkatkan daya saing bangsa.

4. Jalur Organisasi Internasional
Dalam bukunya yang berjudul Getting to the twenty century : Voluntary Action and the Global Agenda (1990), David Korten mengatakan bahwa dalam era abad 21 ini merupakan era krisis yang akan menimpa banyak negara di belahan dunia ini, baik negara maju maupun negara-negara berkembang. Krisis berat itu ditengarai sebagai dampak dari tiga masalah utama yang terjadi dalam dasawarsa tahun 1980-an, yaitu (a) kemiskinan, (b) kerusakan lingkungan hidup, dan (c) penggunaan tindakan kekerasan (violence) dalam memecahkan konflik. Tidak hanya pemerintah atau negara yang dituntut untuk mampu memecahkan krisis tersebut, melainkan perlunya keterlibatan pihak lain untuk bersama-sama mencari solusi atas masalah atau krisis itu.

Selanjutnya Korten menegaskan pentingnya Organisasi Non Pemerintah (Ornop) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan NGO (Non Government Organization) dalam memecahkan masalah yang dihadapi suatu bangsa atau bangsa-bangsa pada umumnya. Saat ini, dalam konteks internasional sudah banyak organisasi internasional yang berdiri untuk lebih mengefektifkan tingkat partisipasi warga masyarakat dan warga negara.


Dampak dari Global Village

Menurut McLuhan, pada masa desa global terjadi, informasi dan komunikasi akan sangat terbuka, begitu juga dengan peran media massa dalam mentransformasi pesan. Dampak bagi masyarakat adalah masyarakat akan cenderung mempunyai persepsi yang sama karena memperoleh kesamaan kesempatan untuk mengakses informasi. Contoh dampak desa global bagi masyarakat adalah gempa yang terjadi di Sumatera Barat dapat menimbulkan kesan yang sama pada orang di Bandung atau di Samarinda. Persepsi mereka terhadap pemberitaan media massa akan cenderung sama, yaitu sedih, iba, ingin membantu, dan sebagainya. Hal ini tentunya membawa dampak positif bagi masyarakat, yakni membantu mempercepat masyarakat untuk mendapat informasi terbaru mengenai suatu peristiwa.

Media massa juga membantu masyarakat untuk menolong korban gempa di pariaman dan sekitarnya, dengan pemberitaan bantuan untuk korban gempa, seperti "X peduli gempa padang", "dompet amal gempa padang" dan sebagainya. Ada juga dampak negatif dari menjadi nyatanya konsep desa global ini, yakni siapapun dapat mengakses apapun, misalnya anak kecil yang dapat mengakses berita kekerasan lewat tayangan televisi, atau melihat video porno di internet. Masyarakat sendiri yang harus bisa menyaring apa yang mereka anggap baik mereka. Sedangkan dampak desa global bagi media massa adalah berkembangnya industri media massa, baik media cetak, media interaktif, maupun media elektronik. Kemunculan teknologi seperti 3G, 4G, Wimax, situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, plurk tidak lepas dari kemunculan desa global.

Dampak positif Global Village 

1.    Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan dan kesehatan
2.    Mudah melakukan komunikasi antara sesama tenaga kesehatan
3.    Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
4.    Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
5.    Mudah memenuhi kebutuhan

Dampak negatif Global Village
1.    Informasi yang tidak tersaring 
2.    Perilaku konsumtif
3.    Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit bagi tenaga kesehatan
4.    Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5.    Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat




Wajib Militer atau Conscription merupakan suatu peraturan yang mewajibkan penduduk suatu negara dalam batasan umur tertentu dan syarat kesehatan tertentu masuk ke dalam militer dalam jangka waktu yang telah ditentukan. WAMIL biasanya diadakan guna untuk meningkatkan kedisiplinan, ketangguhan, keberanian dan kemandirian seorang itu dan biasanya diadakan wajib untuk pria lelaki. Yang harus WAMIL biasanya adalah warga pria. Warga wanita biasanya tidak diharuskan WAMIL, tetapi ada juga negara yang mewajibkannya, seperti di Israel, Korea Utara dan Suriname.

Dalam penerapannya Wajib Militer banyak menimbulkan pro kontra di berbagai Negara. Di Indonesia sendiri masih menjadi kontroversi. Pada tahun 2015 menteri pertahanan Indonesia  berencara menerapkan Bela Negara di Indonesia. Salah satu program bela Negara ini adalah Pelatihan Militer (Wamil). Hal ini tentu memicu reaksi dari masyarakat baik pro maupun kontra.

Kalangan yang mendukung (Pro) Terhadap program Wamil ini berpendapat bahwa wamil harus dilaksanakan sebagai wujud kecintaan terhadap Tanah air. Selain itu wamil dapat meningkatkan jumlah personel bersenjata yang aktif sehingga apabila terjadi situasi darurat kita sudah siap menghadapi situasi tersebut.

Sedangkan pada kalangan yang kontra berpendapat bahwa masyarakat Indonesia belum siap secara mental khususnya bagi kalangan muda. selain itu wamil juga dapat membuka peluang timbul angkatan bersenjata selain TNI AD, AU dan AL.

Opini Penulis

Pendapat saya terhadap penerapan wajib militer di Indonesia adalah saya setuju dengan adanya wajib militer karena mengingat hal positif yang didapatkan dengan adanya program ini yaitu meningkatkan rasa nasionalisme, menambah kekuatan personil bersenjata yang aktif, membuat Indonesia disegani dalam hal pertahanannya, melatih mental para pemuda dan masyarakat Indonesia sehingga kedisiplinan dapat ditingkatkan dan angka kriminalitas dapat ditekan.

Namun, dalam penerapannya harus memenuhi syarat-syarat dan standar untuk mengikuti program wajib militer ini seperti syarat sehat secara fisik dan mental, syarat minimal IQ, EQ, dan ESQ, dan syarat-syarat lainnya. Syarat-syarat tersebut harus ada dalam penerapan wajib militer karena tidak semua orang atau individu kuat secara fisik maupun mental terhadap Wajib militer. Diharapkan dengan adanya syarat ini Wajib Militer dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuannya.

Oleh : Muhammad Hashfi Luthfi Robbani

Senin, 23 Mei 2016

Assalamualaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh..

Hai sobat, sudah lama tidak update. Kali ini Saya akan membagikan aplikasi converter kurs dari rupiah ke dollar dan sebaliknya. Aplikasi ini dibuat sebagai tugas individu mata kuliah dasar pemrograman di kampus Saya dan aplikasi ini dibuat untuk membantu pengguna dalam mengkonversi mata uang.

Aplikasi ini dapat bermanfaat sebagai alat tukar kurs yang efektif karena aplikasi ini menggunakan tabel nilai tukar kurs online yang akurat yang terupdate setiap 1 jam sekali sehingga pengguna dapat mengupdate nilai tukar kurs setiap harinya, selain itu aplikasi ini dibuat menggunakan visual basic 6.0 sehingga aplikasi ini berukuran kecil. Berikut adalah tampilan aplikasinya:



Akhir kata Saya berharap aplikasi ini dapat bermanfaat bagi pengguna dalam mengkonversi mata uang.

Wassalamualaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh..

Berikut adalah link downloadnya :

Apabila sobat mau meminta file visual basic nya, silahkan hubungi saya melalui email yang tertera pada halaman kontak dalam blog ini.



Minggu, 17 April 2016

Individu, Keluarga dan Masyarakat

Individu

Individu merupakan kata benda yang memiliki arti: orang perorang; pribadi orang (terpisah dari yang lain). Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan ruhaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

Setiap manusia memili keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama hatta manusia tersebut telahir sebagai manusia kembar. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Walaupun secara umum manusia itu memiliki perangkat fisik yang sama, tetapi manakala perhatian kita ditujukan pada hal yang lebih detil, akan terdapat perbedaan-perbedaan yang demikian banyak. Perbedaan itu terletak pada bentuk, ukuran, sifat dan lain-lainnya. Kita dapat membedakan fisik maupun psikis. Sebagai contoh: seorang Azam tentu berbeda dengan seorang Furqon, sebab di antara mereka ada perbedaan fisik yang gampang dikenali. Begitu pula dalam kumpulan atau kerumunan ribuan atau bahkan jutaan manusia, kita tetap dapat mengenali seseorang yang sudah kita kenal karena memiliki ciri fisik yang telah kita ketahui. Sebaliknya, bila terjadi pada kumpulan atau kerumunan hewan atau binatang cenderung susah untuk mengenali satu atau dua diantara ribuan hewan yang sejenis.

Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.

Faktor Pembentuk Kepribadian



1. Faktor keturunan (Genotipe)

Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu.Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis,psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.


Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang.Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak.  Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.



Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.

Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor Lingkungan (Fenotipe)
Faktor lain yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. 
Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. 
Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui bukusistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.

Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti ("nuclear family") terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka.
Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Menurut Departemen Kesehatan RI (1998).
Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. (Ki Hajar Dewantara).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.(Menurut Salvicion dan Ara Celis).
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan atau pertalian darah. Keluarga, hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga yang berinteraksi di antara sesama anggota keluarga.
Peranan Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
  1. Peranan Ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
  2. Peranan Ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
  3. Peran Anak: Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Tugas-tugas Keluarga:
  1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
  2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
  3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
  4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
  5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
  6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
  7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
  8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya. 
Adapun mengenai fungsi Keluarga terdapat beberapa fungsi yang dapat dijalankan diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.
  2. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
  3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
  4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
  5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
  6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
  7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.
  8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
Masyarakat

Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbentuknya masyarakat sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamic). Konsep-konsep penting tersebut antara lain :
  • Internalisasi (internalization)
  • Sosialisasi (socialization)
  • Enkulturasi (enculturation).

Hubungan Individu, Keluarga dan Masyarakat
Jadi Individu adalah perseorangan, keluarga adalah suatu perkumpulan atau kelompok yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai hubungan pertalian darah dan Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga dan sudah mempunyai tatanan.

Aspek individu, keluarga, dan masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia.
Subscribe to RSS Feed Hashfi on Facebook Follow me on Twitter!